Tampilkan postingan dengan label lamunan di toilet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lamunan di toilet. Tampilkan semua postingan

Senin, September 29, 2008

asa atau mimpi?

aku membayangkan sebuah jalan, dimana cahaya dapat selalu menyinari

sehingga jelas jalan dimana aku akan melangkah..

aku mengangankan sebuah kata, yang dapat dengan mudah dipahami

sehingga jelas kemana aku akan bercakap..

aku mendambakan sebuah pegangan, dimana ku dapat bertahan saat terjatuh

sehingga jelas bahwa aku masih mampu untuk bangkit..

aku mengharapkan sebuah jawaban, dimana ku dapat mengerti

sehingga jelas apa yang kujalani dapat kuyakini

semua perlahan mengabur.. melebur dengan anganku

menjadi bias, membuat batas seakan kandas..

mengaburkan harapan, menggeser keyakinan

membuatku kembali bertanya, atas apa yang sudah kuyakini sepenuhnya..

aku yang merasa gagah, merasa seakan akan tak dapat tergoyah

dalam saat ku bimbang, hatiku retak dan membengkak

aku hancur. dalam kebimbanganku, dalam kebodohanku, dalam ketidak pastianku

aku kalah.. dari ego, dari diriku sendiri, dari emosiku sendiri

dan saat ini..

aku mengharapkan sebuah pecut, yang dapat membuatku mengerti akan rasa nyeri

sehingga jelas aku bisa lebih menghargaimu

sehingga jelas aku bisa bersyukur

karena kau ada di sampingku..

Senin, April 28, 2008

jalan ini

sebuah jalan lebar melintas di hadapanku
namun kabut tebal mengaburkan pandanganku
sempat kuragu namun kuingin tetap berjalan
lalu ku mulai melangkah..

satu langkah,
dari balik kabut nampaklah sebuah lubang
namun kumencoba melompat melewatinya
hampir kuterjatuh
namun sebuah tangan meraihku

saat itu kutersadar,
sepasang kaki lagi turut menyokong langkahku
tidaklah lagi aku berjalan seorang diri
mengisi kekosongan di dalam hidupku

dua langkah,
dari balik kabut tampaklah jurang
kakiku licin, dan aku terjatuh
kumenatap ke atas, namun tak kutemukan siapapun disana
kumenatap di bawah, nampak dia tergulai lemah

kucoba meraihnya namun ku tak bisa
kabut semakin tebal menyelimutinya
menghilangkan dia dari pandanganku
sampai kuberlari meronta dari rongrongan takdir
menggapainya, dia yang telah terluka

kemudian ku meraihnya dan dia tersenyum
kebahagiaan memancar dari wajahnya
tiada sesal, tiada murka, hanya cinta
dan akupun membawanya naik, keluar dari jurang duka

tiga langkah,
tempat ku berpijak mendadak retak
akupun terjatuh kembali,
namun dia jatuh dibawahku melindungiku
aku terjatuh menimpanya

dia tetap tersenyum, namun menahan sakit yang amat sangat
berusaha berdiri sendiri namun tak mampu
kuraih dia dan kuangkat, namun lukanya sudah terlalu parah
dia terjatuh untuk melindungiku

hanya karena ia ingin bahagiakanku
hanya karena dia ingin supaya
ku dapat melanjutkan langkahku
langkah kami
bersama

Rabu, April 16, 2008

hanya naluri?

selangkah demi selangkah kulewati jalan ini
dengan hanya membawa kenekatan dan naluri
dalam kepala ini suara-suara berbisik
apakah memang ini yang terbaik?

kubiarkan angin mengawal langkah ini
tanpa adanya pikiran untuk kembali
namun apa yang menunggu di ujung jalan ini?
adakah bahagia ataupun sakit merintih

jalan ini bukan aku yang memilih
hati dan asaku yang membimbing
kebingunganku dikalahkan oleh naluri
membawaku ke dalam liarnya kehidupan

aku mabuk, terbuai dalam hasrat
seluruh imajinasiku hanyalah secercah asa yang palsu
yang menghasutku untuk tenggelam dalam harap
kemudian perlahan membungkamku dari kehidupan

aku hanyut, terbawa arus dunia
tak dapat berpijak, bahkan berdiri tegak
memaksaku mengikuti arahnya,
tanpa peduli ku berteriak melawan

kutahu apa yang kulakukan bukanlah yang dapat dibanggakan
namun tak sedikitpun ada rasa sesal
dimana akal sehat sekalipun sudah kehilangan fungsinya
apakah itu hanya naluri?


Senin, April 14, 2008

if something happened too fast will it end the same way?

saat ini kuberfikir. apa yang terjadi pada diriku saat ini.
disaat beberapa jam yang lalu aku masih bisa bersikap ceria

everything seems so fine. everything seems so normal.
tapi apa yang terlihat di luar ternyata tidak sebaik kelihatannya.
di dalamnya ada pertentangan
perselisihan
benturan

dan semuanya itu terjadi begitu cepat sampai-sampai hari-hari bahagia itu hanyalah sebuah mimpi.
dimana senyuman bahagia yang tadi terukir hanya menjadi bayangan semu.
saat ku menanti dengan penuh harap namun tak ada jawab.

sesaat.. disaat kuterjatuh dalam keputus asaan..
kumenjerit, berteriak pada dunia.
salah apakah aku? apakah bahagia itu sebuah dosa yang tak termaafkan?

namun kemudian kutersadar.
aku egois..
ingin enak sendiri saja.
bahagia koq buat sendiri? ga mikrin orang lain.

semakin tenggelam dalam lamunan, perdebatan sengit terjadi di dalam benakku
sesaat.. sebuah cahaya terang menerangi jalan di depanku.
namun aku tak berfikir untuk maju, malahan terdiam terpaku
dalam kedipan mata, cahaya tersebut telah hilang. bablas.

kumerenung kembali, sampai suara lembut itu mengusikku kembali
suara yang sudah lama kurindu
suara yang sudah lama kutunggu

kumenatap asal suara itu, wajahnya yang tersenyum lembut membelaiku
menaikan kedua ujung bibirku yang telah jatuh.
kutersenyum memandangnya.

itu hanyalah ujian.
bumbu bumbu kehidupan
semuanya tetap merujuk pada kebahagiaan

aku bahagia,
karena ku punya dia.